Nama : Fiky anggaratama
Npm :
22410779
penanganan limbah kelapa sawit
Manfaat Limbah Kelapa
Sawit
1. LATAR BELAKANG
Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan
penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang
bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa
sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan
minyak sekitar 7 ton/hektar lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya
3 ton/hektar. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan
perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan
yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat.
Limbah
adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang terdiri
dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat. Limbah
industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah
padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Jumlah limbah cair yang
dihasilkan oleh PMKS berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS).
Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial bagi manusia dan
lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan
teknologi pengolahan limbah (end of the pipe). Diantara
upaya tersebut adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester
anaerob untuk memproduksi biogas.
2. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian tentang kelapa sawit
2. Menjelaskan manfaat limbah kelapa sawit
3. Menjelaskan dampak dari limbah kelapa sawit
4. Menjelaskan cara pengolahan limbah kelapa
sawit
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi
masyarakat. Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair
atau padat yang masih kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian.
Kebanyakan industri yang ada membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga
dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat
terjadinya fermentasi limbah.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping
atau limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik
kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah
cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi),
proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair
industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial
mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit
dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan
yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari
proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau
tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur
yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat
dan potensial menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari
pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan
air limbah.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Indonesia merupakan
negara penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia
penyebarannya di daerah Aceh, Pantai Timur, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di
daerah tropis. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0 – 500 m dari
permukaan laut dengan kelembaban 80% – 90%. Tingginya dapat mencapai 24 meter.
Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil. 2000 – 2500 mm setahun,
yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat
kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi
buah sawit.
2. MANFAAT LIMBAH KELAPA SAWIT
Kelapa sawit
terbukti memberikan peran yang nyata dalam pembangunan perekonomian, sosial dan
lingkungan di Indonesia. Peran tersebut terutama dalam hal: penyediaan lapangan
kerja, sumber pendapatan masyarakat, perolehan devisa bagi negara, mendukung
industri dalam negeri berbasis bahan dasar kelapa sawit, pemanfaatan lahan
kritis, sumber oksigen bagi kehidupan dan menyerap karbon dari udara.Luas areal
ini akan berkembang terus sejalan dengan kebijakan revitalisasi perkebunan, kelapa
sawit bukan monopoli perusahaan skala besar milik pemerintah dan swasta, tetapi
terbuka luas untuk diusahakan pekebun rakyat. CPO berasal dari pengolahan
Tandan Buah Segar (TBS). Setiap ton TBS yang diolah dapat menghasilkan 140 200
kg CPO dan limbah/produk samping, antara lain: limbah padat, limbah cair dan
gas. Limbah cair yang dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara 600 700
kg. Bilamana limbah/produk samping ini tidak diolah akan menimbulkan masalah
berupa; penumpukan limbah dan resiko cairan dan gas. Potensi Limbah Kelapa
Sawit Limbah Kelapa Sawit memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan memberi nilai
ekonomi dalam bidang pertanian dan industri, yaitu; pupuk, kompos, kertas,
arang, dan sebagainya. Limbah Kelapa Sawit terdiri dari tandan kosong, pelepah,
daun, serat buah, cangkang, limbah cair dan gas. Pada Tabel 1 disajikan Jenis,
Potensi dan Manfaat Limbah Kelapa Sawit. Limbah kelapa sawit menghasilkan unsur
hara makro yang diperlukan tanaman, seperti Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium
dan Calsium. Minyak sawit dan produk minyak sawit lainnya dapat diolah lebih
lanjut menjadi minyak goreng, mentega, dan bahan baku untuk industri. Pada
industri makanan, minyak sawit digunakan untuk mentega, shortening, coklat, diitive, minyak
goring, es krim dan lain sebagainya. Pada industri obat-obatan dan kosmetik
digunakan untuk krim, shampo, lotion, pomade, vitamin, dan β-karoten. Sedangkan
pada industri kimia digunakan sebagai bahan kimia untuk pembuatan detergen,
sabun, dan minyak.
Berbagai
penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah
kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a.Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.
2. Tempurung buah
sawit untuk arang
aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.
3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
4. Batang kelapa sawit
untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
5. Batang dan pelepah
sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap.
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap.
3. DAMPAK LIMBAH KELAPA SAWIT
Peningkatan produksi dan konsumsi dunia terhadap minyak sawit secara langsung
dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada proses produksi
minyak sawit limbah berwujud padat, cair, dan gas dihasilkan dari berbagai
stasiun kerja dari pabrik. Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah men
jadi efluen sebanyak 600 liter. Limbah tersebut berdampak negatif terhadap
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Dewasa ini mulai
diperkenalkan pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan terhadap
sumber-sumber dihasilkan limbah, seperti eco-efficient, pollution
prevention, waste minimization, waste minimization atausource
reduction. United Nation Environment Programme (UNEP)
menggunakan istilah cleaner production atau produksi bersih
sebagai upaya preventif dan intregrasi yang dilaksanakan secara berkesinambunan
terhadap proses dan jasa untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi resiko
terhadap manusia dan lingkungan.
4. CARA PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT
Produk utama
adalah minyak sawit, CPO dan CPKO, yang selanjutnya menjadi bahan baku industri
hilir pangan maupun non pangan. Di samping produk utama CPO dan CPKO serta produk-produk
turunannya secara lebih rinci dalam pohon industri kelapa sawit, dapat dilihat
potensi produk-produk sampingan seperti tandan kosong, pelepah dan batang,
serta limbah padat dan limbah cair. Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri
strategis, berkembang di Negara Negara tropis seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand. Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat,
dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya
kebutuhan masyarakat. Dengan besarnya produksi yang mampu dihasilkan berdampak
positif bagi perekenomian Indonesia. Di masa akan datang, industri minyak
kelapa sawit ini dapat diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun
seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak positif dari
perkembangan Seperti sektor agroindustri umumnya dan perkebunan kelapa sawit
khususnya, juga diikuti oleh dampak negative terhadap lingkungan akibat
dihasilkannya limbah cair, padat dan gas dari kegiatan kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit (PKS). Untuk itu tindakan pencegahan dan penanggulangan dampak negatif
dari kegiatan PerkebunanKelapa Sawit dan PKS harus dilakukan dan sekaligus
meningkatkan dampak positifnya.
1. Sekilas Tentang Kegiatan Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit
Tandan buah Segar (TBS) yang telah dipanen di kebun diangkut ke lokasi Pabrik
Minyak Sawit dengan menggunakan truk. Sebelum dimasukan ke dalam Loading Ramp,
Tandan Buah Segar tersebut harus ditimbang terlebih dahulu pada jembatan
penimbangan (Weighing Brigae) . Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO
yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisis buah (TBS) yang diolah dalam
pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan
didalam pengolahannya, sehingga kualitas hasil tidak semata-mata tergantung
dari TBS yang masuk ke dalam Pabrik.
1. Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori rebusan
yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke
dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang
bertekanan antara 2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini
dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat menurunkan kuaiitas minyak.
Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah lepas dari tandannya dan
memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air dari biji. Proses
ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat
dihasilkan kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi.
Kondensat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit. Tandan buah yang sudah
direbus dimasukan ke dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2. Perontokan Buah dari Tandan
Padatahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung
dan dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan
(fruilet) dari tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum
berputar (rotari drum thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya
masih ada brondolan yang melekat pada tangkai tandan, hal ini yang disebut
dengan USB (Unstripped Bunch). Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double
Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara janjang kosong/EFB (Empty Fruit
Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak langsung dibuang,
tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat pembakaran
(incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
3. Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam
Digester atau peralatan pengaduk. Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah
terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air
yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 80° – 90°C.
Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam
alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre.Untuk
proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap
kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar
dan ampas serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil
Tank, harus dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih
mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu
ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak
kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid
dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan
ditampung pada Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada
fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke
dalam Sludge Tank yang kemudian dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan
minyaknya.
4. Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier
untuk memisahkan air sampai pada batas standard. Kemudian melalui Sarvo
Balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
2. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit
Jenis limbah
kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari Tandan
Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair yang terjadi
pada in housekeeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang
terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi limbah berikutnya.
Terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai
ekonomi yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat
dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis
(Urea, TSP dan lain-lain).
Limbah padat Tandan Kosong (TKS) merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup
besar yaitu sekitar 6 juta ton yang tercatat pada tahun 2004,
namun pemanfaatannya masih terbatas. Limbah tersebut
selama ini dibakar dan sebagian ditebarkan di lapangan sebagai mulsa.
Persentase Tankos terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos mengandung
unsure hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg
CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit. Dengan demikian dari satu unit PKS
kapasitas olah 30 ton TBS/jam atau 600 ton TBS/hari akan menghasilkan pupuk N,
P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 360 Kg Urea, 72 Kg CIRP; 1.440 Kg
MOP; dan 240 Kg Kiserit (Lubis dan Tobing, 1989). Sedangkan limbah padat
seperti cangkang dan serat sebesar 1,73 juta ton dan 3,74 juta ton.
3. Pengelolaan Limbah Cair
a. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa
Sawit
Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, selain menghasilkan minyak
sawit tetapi juga menghasilkan limbah cair, dimana air limbah tersebut berasal
dari :
· Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester)
dan unit pengempaan(pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan
bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan
mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut
dikeluarkan dari unit pengempaan
· Kondensat dari depericarper, yaitu untuk
memisahkan sisa minyak yang terikut bersama batok/cangkang
· Hasil kondensasi uap air pada unit penampung
biji/inti. Injeksi uap kedalam unit penampung biji bertujuan memisahkan sisa
minyak dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada unit pemecah biji
· Kondensasi uap air yang berada pada unit
penampung atau penyimpan inti
· Penambahan air pada hydrocyclone yang
bertujuan mempermudah pemisahan serat dari cangkang.
· Penambahan air panas dari saringan getar,
yaitu untuk memisahkan sisaminyak dari ampas.
Limbah cair kelapa sawit mengandung konsentrasi bahan organik yang relatif
tinggi dan secara alamiah dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Limbah cair kelapa sawit umumnya berwarna
kecoklatan, mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan
residu minyak dengan kandungan BOD tinggi. Berdasarkan hasil analisa pada tabel
1 menunjukkan bahwa limbah cair industri kelapa sawit bila dibuang kepengairan
sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan, sehingga harus diolah terlebih
dahulu sebelum di buang keperairan. Pada umumnya industri kelapa sawit yang
berskala besar telah mempunyai pengolahan limbah cair.
b. Proses Pengolahan Limbah Cair Industri
Kelapa Sawit
Teknik pengolahan limbah cair industri kelapa sawit pada umumnya menggunakan
metode pengolahan limbah kombinasi. yaitu dengan sistem prosesanaerobik dan aerobik. Limbah
cair yang dihasilkan oleh pabrik kemudian dialirkan ke bak penampungan untuk
dipisahkan antara minyak yang terikut dan limbah cair. Setelah itu maka limbah
cair dialirkan ke bak anaerobik untuk dilakukan proses anaerobik. Pengolahan
limbah secara anaerobik merupakan proses degradasi senyawa organik seperti
karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri
anaerobik tanpa kehadiran Oksigen menjadi biogas yang terdiri dari CH4
(50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil. Waktu tinggal limbah cair pada
bioreactor anaerobik adalah selama 30 hari.Berdasarkan hasil analisa diatas
menunjukkan bahwa proses anaerobik dapat menurunkan kadar BOD dan COD limbah
cair sebanyak 70 %. Setelah pengolahan limbah cair secara anaerobik dilakukan
pengolahan limbah cair dengan proses aerobic selama 15 hari. Pada proses
pengolahan secara aerobik menunjukkan penurunaan kadar BOD dan Kadar COD adalah
sebesar 15 %, yaituBerdasarkan hasil analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil
olahan telah dapat dibuang ke perairan , tetapi tidak dapat digunakan sebagai
air proses dikarenakan air hasil olahan tersebut masih mempunyai warna
kecoklatan.
c. Kombinasi Proses pengolahan
anaerobik-aerobik- membran reverse osmosis
Pada pengolahan limbah cair kelapa sawit, pengolahan akhir adalah proses secara
aerobik dan setelah air hasil olahan dapat dibuang ke perairan. Hal ini
bertujuan untuk memanfaatkan air hasil olahan tersebut untuk recycle dan air
minum, sehingga perlu dilakukan pengolahan lagi. Air hasil olahan dari proses
aerobik dialirkan ke membran reverse osmosis dengan tekanan 8 kg/cm2 dan laju
alir 100 ml/menit. Air hasil olahan dari membran reverse osmosis kemudian
dianalisa.Berdasarkan dari hasil analisa diatas menunjukkan bahwa air hasil
olahan dari pengolahan kombinasi diatas effluentnya dapat digunakan sebagai air
minum dan dapat digunakan untuk recycle air proses.
d. Pemanfaatan limbah cair “CPO parit” untuk
pembuatan biodiesel
CPO parit merupakan limbah cair hasil proses pengolahan kelapa sawit yang dapat
mencemari air dan tanah. Namun, dengan adanya proses pengolahan CPO parit
menjadi biodiesel maka CPO parit tersebut menjadi lebih bermanfaat. CPO parit
memiliki kandungan CPO yang relatif sedikit yaitu sekitar 2% dari jumlah CPO
keseluruhan yang dihasilkan. Adapun alur proses pengutipan CPO parit adalah sbb
:
· Hasil bawah dari alat centrifuge yang
berupa campuran air, kotoran, dan minyak pada pengolahan CPO, mengalir ke
parit-parit pembuangan
· Aliran ini berkumpul di suatu tempat yang
disebut pad feed I yang dilengkapi dengan mesin pengutip
minyak
· Minyak yang terkumpul oleh mesin dialirkan
pada tangki penampungan minyak untuk diproses kembali
· Sisa minyak yang tidak terkumpul pada mesin
pengutp minyak, dialirkan menuju kolam pad feed II yang
mengandung artikel kotoran yang sangat banyak
· Kemudian aliran slurry (air,
lumpur yang terbawa, minyak) ini dikumpulkan pada kolam penampungan minyak
terakhir yang dilengkapi dengan mesin rotor yang berputar untuk memerangkap
minyak lalu dialirkan ke tangki pengumpul minyak. Minyak inilah yang kemudian
disebut dengan CPO parit.Komposisi yang terdapat dalam minyak CPO parit terdiri
dari trigliserida – trigliserida (mempunyai kandungan terbanyak dalam minyak nabati),
asam lemak bebas /FFA, monogliserida, dan digliserida, serta
beberapa komponen – komponen lain seperti phosphoglycerides,
vitamin, mineral, atau sulfur.Salah satu alternatif pengolahan CPO parit adalah
dengan mengolahnya menjadi biodiesel. Pembuatan biodiesel dengan bahan baku CPO
parit sebagai sumber energi terbarukan adalah suatu pemanfaatan yang relatif
baru. Hal ini dapat menjadi solusi akan krisis energi saat ini, mengingat
penggunaan CPO menjadi biodiesel sebagai alternatif energi terbaharukan cukup
mengganggu pasokan untuk keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya
industri minyak goreng, margarin, surfaktan, industri kertas, industri polimer
dan industri kosmetik.
Proses pembuatan biodiesel cpo parit:
Ada beberapa proses pengolahan biodiesel berbasis CPO parit, di antaranya
adalah esterifikasi dan transesterifikasi yang termasuk dalam proses
alkoholisis. Proses esterifikasi dilakukan cukup dengan satu tahap untuk
menghilangkan kadar FFA berlebih di dalam CPO parit sedangkan proses
transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap karena tahap pertama
transesterifikasi masih menyisakan jumlah trigliserida yang cukup banyak pada
akhir reaksi transesterifikasi I.Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, CPO
parit yang akan direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse
untuk memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit sehingga
tidak mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.Proses esterifikasi yaitu
mereaksikan methanol (CH3OH) dengan CPO parit dengan bantuan katalis asam yaitu
asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan bereaksi
dengan methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan perbandingan rasio
molar antara FFA dan methanol yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat
yang digunakan adalah 0,2% dari FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang
digunakan adalah 98% (% b) sedangkan kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi
berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi 98% (Warta PPKS,
2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil reaksi
dipisahkan dalam sentrifuse selama 15 menit. Lapisan ester, trigliserida, dan
FFA sisa diumpankan ke reaktor transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa,
dan katalis diumpankan ke methanol recovery.Pada proses
transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu mencampurkan kalium
hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi pada
esterifikasi. Proses transesterifikasi ini melibatkan reaksi antara
trigliserida dengan methanol membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio
molar trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang
digunakan adalah 1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang
digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar bahan
kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan
hasil yang dicapai dengan kualitas yang tinggi pula. Hal ini berhubungan erat
dengan kadar air pada reaksi transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan
mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi. Lama reaksi transesterifikasi
adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi
transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum diumpankan
ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi pemisahan antara lapisan
atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa trigliserida, dan sisa metanol dengan
lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis asam maupun basa.Kemudian proses
dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel. Temperatur air pencucian yang
digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang digunakan 30% dari metil ester yang
akan dicuci. Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang tidak
diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air.
Kemudian hasil pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk
memisahkan air dan metal ester berdasarkan berat jenisnya.Selanjutnya adalah
proses pengeringan metil ester dengan menggunakan evaporator yang bertujuan
untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam metal ester. Pengeringan
dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C. Keluaran
evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki penyimpanan biodiesel.
4. Pengelolaan limbah padat
a. Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos
dan Pupuk Organik
Sebelum melakukan pengkomposan Tankos (Tandan Kosong), bahan baku ini dirajang
terlebih dahulu dengan ukuran antara 3-5 cm dengan memakai mesin rajang agar
dekomposisi dapat dipercepat. Penguraian bahan organik tergantung kepada
kelembaban lingkungan. Kelernbaban optimum antara 50-60%, dan jika kadar air
bahan >85%, perlu ditambahkan aktifator untuk mengurangi kadar air, agar
masa fermentasi lebih cepat. Selanjutnya dilakukan pengaturan pH antara
6,8-7,5.Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah
mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut
sebagai pupuk organik. Inokulum yang digunakan dapat berasal dari bakteri yang
diisolasi atau kotoran ternak sebanyak 15-20%, dan dicampurkan dengan pupuk
urea sebagai sumber nitrogen, lalu diaduk secara merata dengan Tankos. Limbah
padat ini kemudian dimasukkan ke dalam fermentor yang disebut tromol dengan
kapasitas 3 m3. Waktu fermentasi berlangsung cukup lama yaitu antara
14-21 hari dengan menggunakan bakteri mesofil dan termofil. Tromol diputar
selama 5-7 jam perhari dengan kecepatan 2-3 rpm, dan suhu fermentasi antara
45-60oC. Pemutaran tromol bertujuan untuk mempercepat homogenasi dan
penguraian bahan organik majemuk menjadi bahan organik sederhana. Setelah
fermentasi, dan limbah mengalami biodegradasi menjadi kompos, lalu dikeluar-kan
dari dalam tromol, dan selanjutnya ditimbun dengan ketinggian 1 meter, atau
volume 1 m3. Tinggi rendahnya timbunan ini berpengaruh terhadap suhu
fermentasi selama penimbunan. Fermentasi di tempat terbuka ini masih
berlangsung antara 5-7 hari pada suhu antara 60-70°C. Selanjutnya
timbunan kompos ditebarkan pada hamparan yang cukup luas untuk menurunkan
suhunya, dan diayak dengan ukuran tertentu dan dikering anginkan.
b. Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa
Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam
proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya
hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja. Sabut
kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang
berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus
memberikan nilai tambah secara ekonomi. MInyak yang terdapat pada sabut kelapa
sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh
karena situ kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar
minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam larutan
NaOH 10% selama 1 jam. Tahapan Pembuatan Papan Partikel Sebagai berikut:
· Serat dari sabut kelapa sawit yang akan
digunakan dalam pembuatan papan partikel baik yang belum mengalami proses
pengurangan kadar minyak ataupun yang sudah mengalami proses pengurangan kadar
minyak, dibilas dan dicuci sampai bersih dan dikeringanginkan hingga kadar air
maksimal 10%.
· Timbang sabut kelapa sawit sesuai kebutuhan.
· Perekat diteteskan sedikit demi sedikit pada
sabut kelapa sawit dan diaduk secara merata. Masukan adonan ke dalam cetakan di
atas plat besi dan dipa-datkan secara merata.
· Kemudian ditambahkan semen ke serat yang telah
dibasahi tersebut, kemudian diaduk dengan cepat sampai campuran kelihatan
homogen dan sempurna.
· Campuran tersebut kemudian dimasukan ke dalam
cetakan yang telah diolesi dengan minyak pelumas, kemudian dikempa sampai
tercapai tebal papan 1,2 cm.
· Papan dikempa selama 24 jam
· Papan yang dihasilkan dibiarkan dalam ruangan
yang sirkulasi udaranya baik selama 28 hari.
c. Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya
sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun
untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan
kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku
bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton,
duplicator/cycto style dll. Tahapan Pembuatan :
· Sediakan sabut kelapa sawit kurang lebih 0,5
kg yang bersih dari daunnya.
· Potong sabut kelapa sawit dengan ukuran
panjang 3 cm.
· Ambil kurang lebih 5 gr sabut kelapa sawit
yang telah bersih kemudian dipotong halus dengan pisau.
· Timbang berat sabut kelapa sawit yang telah
dihaluskan tadi dengan ketelitian 4 desimal.
· Tentukan kadar air dengan metode Oven
(dipanaskan sekaligus selama 4 jam dan ditimbang beratnya).
· Hitung kadar air bahan dan persentase Berat
Bahan Kering (BBK).
· Ambil serabut kelapa yang tersedia dari sabut
kelapa sawit yang bersih (point 1).
· Hitung kebutuhan NaOH yaitu 12% dari BBK.
· Hitung kebutuhan air untuk pemasakan jika
perbandingan bahan (BBK) dengan air (ratio pemasakan) 1 : 10.
· Hitung kebutuhan air yang ditambahkan yaitu
kebutuhan air sesungguhnya dikurangi dengan air dalam bahan.
· Larutkan NaOH yang telah dipersiapkan ke dalam
air (point 10).
· Masak sabut kelapa sawit (point 7) di dalam
larutan NaOH selama 3,5 jam dalam suasana mendidih.
· Cuci pulp yang diperoleh sampai netral.
· Saring
· Peras air yang masih ada dalam pulp sekaligus
pulp yang didapat dijadikan 1 gumpalan.
· Timbang gumpalan pulp tersebut (ketelitian dua
desimal).
· Ambil 10 gr dari gumpalan pulp dan keringkan
dalam Oven 105oC (selama 4 jam/berat konstan). Hitung BBK yang
diperoleh dalam persentase
· Dengan bantuan angka pada point di atas dapat
diketahui berat pulp yang diperoleh sesungguhnya pada point 16.
d. Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa
Sawit
· Proses Karbonasi
Tujuan: untuk menghilangkan senyawa-senyawa
yang mudah menguap dalam bentuk unsur-unsur non karbon, hidrogen dan oksigen.
1. Cangkang kelapa sawit yang sudah kering
dimasukkan kedalam drum atau kaleng yang telah dibuang tutup bagian atasnya dan
diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak yang sama pada tutup bagian
bawahnya.
2. Ukuran lubang harus cukup besar agar
memungkinkan udara masuk.
3. Drum ditempatkan pada 2 pipa di atas tanah dan
dibakar.
4. Selama api menyala ditambahkan cangkang sawit
sedikit demi sedikit sampai setingga permukaan drum atau kaleng.
5. Penambahan dilakukan dengan api yang menyala
kecil.
6. Setelah itu drum/kaleng ditutup dengan pelepah
pisang atau karung basah dan dilapisi dengan penutup dari logam yang ditutupkan
rapat.
7. Biarkan sampai menjadi dingin selama semalam.
Proses karbonasi dipengaruhi oleh pemanasan
dan tekanan. Semakin cepat pemanasan semakin sukar diamati tahap karbonasi dan
rendemen arang yang dihasilkan lebih rendah sedangkan semakin tinggi tekanan
semakin besar rendemen arang.
· Proses Aktifasi
Tujuan: Untuk meningkatkan keaktifan dengan adsorbsi karbon dengan cara
menghilangkan senyawa karbon pada permukaan karbon yang tidak dapat dihilangkan
pada proses karbonasi. Proses aktifasi dapat dilakukan secara kimia menggunakan
aktifator HNO3 1% atau dapat juga dilakukan proses dehidrasi
dengan garam mineral seperti MgCL2 10% dan ZnCl2 10%.
1. Arang hasil pembakaran dihaluskan dan diayak
dengan ukuran 150µm.
2. Untuk aktifasi atau menghilangkan ion logam
yang terdapat pada arang cangkang sawit, material direndam dengan HNO3 1%
atau MgCL2 10% dan ZnCl210% selama 3 jam.
3. Kemudian dicuci dengan aquades hingga pH
netral.
4. Dikeringkan pada temperatur kamar 1 minggu
sebelum digunakan.
Manfaat arang aktif diantaranya adalah : Bahan
bakar alternative, Zat penghilang bau, Pengontrol kelembaban yang efektif,
Industri rumah tangga, Pemanasan di industri peternakan
e. Asap Cair Dari Cangkang Kelapa Sawit
Asap cair merupakan hasil kondensasi dari pirolisis kayu yang mengandung
sejumlah besar senyawa yang terbentuk akibat proses pirolisis konstituen kayu
seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin. Proses pirolisa melibatkan berbagai
proses reaksi yaitu dekomposisi, oksidasi, polimerisasi, dan
kondensasi.Pembuatan asap cair dilakukan dengan destilasi. Bahan cangkang sawit
sebelumnya dianalisa kadar hemiselulosa, selulosa dan lignin kemudian kadar
airnya dibuat menjadi 8%, 13% dan 18% dengan pengering kabinet. Asap cair
dibuat dengan memasukkan 1 kg cangkang sawit ke dalam reaktor kemudian ditutup
dan rangkaian kondensor dipasang.Selanjutnya dapur pemanas dihidupkan dengan
mengatur suhu dan waktu yang dikehendaki. Pada penelitian ini suhu yang
digunakan 350°C, 400°C dan 450 °C sedangkan waktu yang digunakan adalah 45
menit, 60 menit dan 75 menit yang dihitung pada saat tercapai suhu yang
dikehendaki. Asap yang keluar dari reaktor akan mengalir ke kolom pendingin
melalui pipa penyalur asap yang mana pada pipa ini terdapat selang yang
dihubungkan botol penampung untuk menampung tar , kemudian ke dalam kolom
pendingin ini dialirkan air dengan suhu kamar menggunakan aerator sehingga asap
akan terkondensasi dan mencair. Embunan berupa asap cair yang masih bercampur
dengan tar ditampung kedalam erlenmeyer, selanjutnya disimpan di dalam botol,
sedangkan asap yang tidak terembunkan akan terbuang melalui selang penyalur
asap sisa.Selanjutnya asap cair + tar yang terdapat didalam botol dilakukan
pengendapan untuk memisahkan tar dan asap cair.
f. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan
artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat
sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan
partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
g. Potensi Produksi Xylose dari tandan kosong
Rahman et.al (2006) meneliti bahwa tandan buah kosong kelapa sawit dapat
dijadikan sumber yang potensial untuk produksi xylosa. Biomassa tandan kosong
mengandung sellulosa, hemisellulosa dan lignin. Diperkirakan 24% dari total
biomassa tandan kosong tersusun atas xylan, polimer gula yang tediri dari gula
pentose yaitu xylose. Xylosa dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
senyawa lain melalui proses kimia dan bioteknologi,salah satunya adalah
xylitol. Penggunaan xylitol sangat luas, mulai dari industri pangan (sebagai
pemanis alternative untuk penderita diabetes), sebagai antikariogenik dalam
formula pasta gigi,sebagai lapisan pembungkus tablet vitamin,dan
sebagainya.Pembuatan xylose dengan cara hirolisis asam,yaitu merendam tandan
kosong kelapa sawit dengan H2SO4 dengan
konsentrasi,suhu dan waktu tertentu. Setelah reaksi selesai,padatan yang
dihasilkan dipisahkan dari liquid dengan cara filtrasi. Disebutkan bahwa
kondisi optimum yang menghasilkan yield xylose terbanyak adalah pada suhu
119°C, waktu hidrolisis 60 menit,dengan konsentrasi asam sulfat 2%
UNDANG-UNDANG
LIMBAH KELAPA SAWIT
Setiap
warga Negara berhak atas lingkungan yang baik dan sehat, setidaknya itulah yang
tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 yang mengatur tentang HAM.
Namun pada hari ini dapat kita lihat fakta yang terjadi, kebijakan alih fungsi
hutan menjadi perkebunan kelapa sawit menciptakan penggundulan hutan
besar-besaran yang berdampak pada lingkungan yang tidak sehat.
Berbicara masalah
lingkungan yang baik dan sehat, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 telah
mengatur Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dalam undang-undang tersebut salah
satunya menerangkan bahwa Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan. Namun jika kita lihat prakteknya, banyaknya Perusahaan Besar Swasta
(PBS) yang bergerak di bidang perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit sama
sekali tidak memperhatikan hal ini. Jelas sekali kita lihat beberapa kali
berita dalam media cetak local menyampaikan tentang pencemaran lingkungan yang
di sebabkan oleh perkebunan kelapa sawit baik dari segi pengelolaan limbahnya
yang tidak teratur maupun perkebunan yang tidak memenuhi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).